Social mapping menjadi salah satu referensi utama dalam penyusunan renstra, atau minimal perumusan program CSR yang akan dilaksanakan pada lokasi tertentu. Oleh sebab itu social mapping harus memberikan gambaran yang menyeluruh dari lokasi yang ingin dipetakan, meliputi aktor-aktor yang berperan dalam proses relasi sosial, jaringan sosial dari aktor tersebut, kekuatan dan kepentingan masing masing aktor dalam kehidupan masyarakat terutama dalam upaya peningkatan kondisi kehidupan masyarakat, masalah sosial yang ada termasuk keberadaan kelompok rentan, serta potensi yang tersedia baik potensi alam, manusia, finansial, infrastruktur maupun modal sosial.
Dari berbagai informasi tersebut akan lebih mudah digunakan sebagai referensi dalam perumusan program CSR. Hal itu disebabkan karena pada dasarnya program yang dirumuskan dan kemudian dilaksanakan adalah upaya untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada.
1. Pemetaan Jaringan Sosial
Wilayah atau lokasi yang menjadi sasaran social mapping dapat dikatakan merupakan setting dari proses terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok maupun institusi. Hasil interaksi sosial yang terjadi secara berkesinambungan itulah yang kemudian membentuk satuan kehidupan masyarakat di lokasi yang bersangkutan. Dalam hal ini pihak-pihak yang menjadi pelaku proses interaksi sosial tersebut dapat disebut sebagai aktor. Dengan demikian, dalam kehidupan bermasyarakat aktornya dapat berupa individu maupun institusi. Masing-masing aktor mempunyai karakteristik dan latar belakang sosial yang berbeda, mempunyai wawasan dan orientasi berfikir yang berbeda, bahkan juga kepentingan yang berbeda. Oleh sebab itu, interaksi antar aktor secara otomatis membawa konsekuensi interaksi antar karakteristik dan kepentingan yang melatarbelakangi masing- masing aktor.
Itulah sebabnya dalam proses kehidupan masyarakat dimungkinkan terjadinya interaksi antar kepentingan dan wawasan yang sejalan, akan tetapi juga dimungkinkan interaksi antar kepentingan yang tidak sejalan. Kesemuanya itu menyebabkan dalam proses interaksi sosial tersebut secara garis besar menghasilkan dua bentuk hubungan: associative dan dissociative. Bentuk pertama berpotensi menghasilkan kerjasama dan sinergi, sementara bentuk kedua berpotensi menghasilkan hubungan yang mengarah pada prasangka bahkan konflik. Pemetaan jaringan sosial harus dapat memberikan ilustrasi berbagai bentuk hubungan antar aktor dengan berbagai latar belakang baik dalam posisi sebagai individu maupun institusi, baik yang bersifat associative maupun dissociative. Sudah tentu tidak mungkin menampilkan keseluruhan aktor yang terlibat dalam kehidupan masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, dalam pemetaan tersebut dipilih aktor yang mempunyai peranan menonjol dalam kehidupan masyarakat. Hubungan yang bersifat associative diberi label hubungan positif, sementara yang bersifat dissociative diberi label hubungan negatif.
Pemetaan jaringan sosial yang menggambarkan hubungan antar aktor, baik individu maupun institusi beserta sifat hubungannya, baik positif maupun negatif sebaiknya dituangkan dalam bentuk skema. Dimungkinkan hubungan antara dua aktor mempunyai sifat keduanya baik positif maupun negatif. Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh, hubungan perusahaan yang melakukan CSR dengan BKM sebagai lembaga yang terbentuk melalui PNPM Mandiri. Terdapat hubungan yang bersifat positif karena ada kerja sama sehingga terjadi hubungan sinergis dan saling mengisi. Walaupun demikian, di balik itu ada hubungan yang bersifat negatif karena telah terjadi rivalitas dan saling klaim kelompok binaan yang berhasil. Contoh lain adalah hubungan tokoh adat dengan lurah. Terdapat hubungan positif pada saat lurah menempatkan adat dan tradisi sebagai bagian modal sosial. Sementara hubungan dapat bersifat negatif karena dalam kesempatan lain, lurah berusaha menghapus beberapa unsur ritual adat karena dianggap sebagai pemborosan, dan hal tersebut mendapat tentangan keras dari tokoh adat.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas sebaiknya gambar/bagan/skema pemetaan jaringan sosial di dalamnya memuat seluruh aktor baik individu maupun institusi. Hubungan antar aktor digambarkan dalam bentuk garis dan diberi simbol (+) atau (-) sesuai dengan sifat hubungannya. Setelah gambar atau bagan jaringan tersebut ditampilkan, perlu diberi penjelasan seperlunya termasuk penjelasan tentang mengapa dan dalam hal apa hubungannya bersifat positif atau negatif.
2. Aktor, kepentingan, jaringan dan posisi sosialnya
Format yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan kesemuanya ini dapat
diwujudkan dalam bentuk tabel. Tabel tersebut mencantumkan setiap aktor baik individu
maupun institusi, serta mendeskripsikan
kepentingan, jaringan dan posisi
sosialnya masing masing. Sementara itu isi informasi tentang kepentingan, jaringan serta posisi sosialnya dideskripsikan dalam bentuk
uraian yang singkat tetapi cukup komprehensif dan jelas
3. Analisis Jaringan
1. Pemetaan Jaringan Sosial
Wilayah atau lokasi yang menjadi sasaran social mapping dapat dikatakan merupakan setting dari proses terjadinya interaksi antar individu dan antar kelompok maupun institusi. Hasil interaksi sosial yang terjadi secara berkesinambungan itulah yang kemudian membentuk satuan kehidupan masyarakat di lokasi yang bersangkutan. Dalam hal ini pihak-pihak yang menjadi pelaku proses interaksi sosial tersebut dapat disebut sebagai aktor. Dengan demikian, dalam kehidupan bermasyarakat aktornya dapat berupa individu maupun institusi. Masing-masing aktor mempunyai karakteristik dan latar belakang sosial yang berbeda, mempunyai wawasan dan orientasi berfikir yang berbeda, bahkan juga kepentingan yang berbeda. Oleh sebab itu, interaksi antar aktor secara otomatis membawa konsekuensi interaksi antar karakteristik dan kepentingan yang melatarbelakangi masing- masing aktor.
Itulah sebabnya dalam proses kehidupan masyarakat dimungkinkan terjadinya interaksi antar kepentingan dan wawasan yang sejalan, akan tetapi juga dimungkinkan interaksi antar kepentingan yang tidak sejalan. Kesemuanya itu menyebabkan dalam proses interaksi sosial tersebut secara garis besar menghasilkan dua bentuk hubungan: associative dan dissociative. Bentuk pertama berpotensi menghasilkan kerjasama dan sinergi, sementara bentuk kedua berpotensi menghasilkan hubungan yang mengarah pada prasangka bahkan konflik. Pemetaan jaringan sosial harus dapat memberikan ilustrasi berbagai bentuk hubungan antar aktor dengan berbagai latar belakang baik dalam posisi sebagai individu maupun institusi, baik yang bersifat associative maupun dissociative. Sudah tentu tidak mungkin menampilkan keseluruhan aktor yang terlibat dalam kehidupan masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, dalam pemetaan tersebut dipilih aktor yang mempunyai peranan menonjol dalam kehidupan masyarakat. Hubungan yang bersifat associative diberi label hubungan positif, sementara yang bersifat dissociative diberi label hubungan negatif.
Pemetaan jaringan sosial yang menggambarkan hubungan antar aktor, baik individu maupun institusi beserta sifat hubungannya, baik positif maupun negatif sebaiknya dituangkan dalam bentuk skema. Dimungkinkan hubungan antara dua aktor mempunyai sifat keduanya baik positif maupun negatif. Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh, hubungan perusahaan yang melakukan CSR dengan BKM sebagai lembaga yang terbentuk melalui PNPM Mandiri. Terdapat hubungan yang bersifat positif karena ada kerja sama sehingga terjadi hubungan sinergis dan saling mengisi. Walaupun demikian, di balik itu ada hubungan yang bersifat negatif karena telah terjadi rivalitas dan saling klaim kelompok binaan yang berhasil. Contoh lain adalah hubungan tokoh adat dengan lurah. Terdapat hubungan positif pada saat lurah menempatkan adat dan tradisi sebagai bagian modal sosial. Sementara hubungan dapat bersifat negatif karena dalam kesempatan lain, lurah berusaha menghapus beberapa unsur ritual adat karena dianggap sebagai pemborosan, dan hal tersebut mendapat tentangan keras dari tokoh adat.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas sebaiknya gambar/bagan/skema pemetaan jaringan sosial di dalamnya memuat seluruh aktor baik individu maupun institusi. Hubungan antar aktor digambarkan dalam bentuk garis dan diberi simbol (+) atau (-) sesuai dengan sifat hubungannya. Setelah gambar atau bagan jaringan tersebut ditampilkan, perlu diberi penjelasan seperlunya termasuk penjelasan tentang mengapa dan dalam hal apa hubungannya bersifat positif atau negatif.
2. Aktor, kepentingan, jaringan dan posisi sosialnya
Untuk lebih memberikan gambaran tentang posisi dan latar belakang masing masing aktor dalam hubungan sosial, perlu dideskripsikan lebih lanjut untuk masing masing aktor berkaitan dengan kepentingan, jaringan dan posisi sosial masing-masing. Pada dasarnya terdapat hubungan antara posisi sosial dengan kepentingan. Beberapa contoh posisi sosial untuk aktor individu misalnya tokoh agama, kader kesehatan, penyuluh pertanian. Sementara untuk aktor institusi dapat diklasifikasikan sebagai institusi negara/pemerintah(misalnya pemerintah desa, dinas sosial), Lembaga Swadaya Masyarakat, institusi lokal bentukan baru (misalnya Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/LPMD, Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM), institusi lokal tradisional (misalnya institusi adat, institusi Subak), institusi swasta/bisnis (perusahaan). Posisi sosial yang dimiliki setiap aktor membawa konsekuensi adanya peran sesuai posisinya tersebut. Lebih lanjut setiap aktor mempunyai kepentingan untuk mewujudkan perannya. Sementara itu jaringan memberikan gambaran tentang luasnya hubungan sosial aktor baik dengan lingkungan internal masyarakatnya maupun dengan lingkungan eksternal. Aktor yang mempunyai jaringan yang luas dapat berdampak pada semakin luasnya peran dan kepentingannya dan semakin luasnya pengaruh aktor dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh seorang aktor yang merupakan tokoh agama, maka peran dan kepentingan utamanya adalah memberikan pencerahan kepada masyarakat dalam kehidupan beragama dan menjadi tokoh panutan dalam kehidupan beragama. Apabila tokoh agama tersebut mempunyai jaringan hubungan dengan misalnya sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat, maka hal itu dapat menyebabkan tokoh tersebut dalam kehidupan masyarakat juga berperan dan berkepentingan untuk ikut serta dalam upaya pembangunan terutama peningkatan taraf hidup masyarakat.
Nama Aktor Individu/ institusi
|
Alamat dan atau no hp
|
Peran/ Kepentingan
|
Posisi Sosial
|
3. Analisis Jaringan
Dalam pembangunan mengenal adanya stakeholder dan aktor yang berperan di dalamnya. Apabila berbagai stakeholder dan aktor-aktor tersebut dapat bekerjasama dan
bersinergi satu sama lain untuk
merencanakan, melaksanakan, maupun mengevaluasi program-program pembangunan,
maka dampaknya akan dapat lebih mendorong laju perubahan yang diharapkan.
Masing-masing stakeholder dan
aktor tersebut juga memiliki
kepentingan, kekuatan, dan posisinya masing- masing dalam kehidupan masyarakat.
Kesemuanya itu menjadi gambaran bagaimana peran dan kontribusi masing-masing
dalam pembangunan. Peran dan
kontribusi yang berbeda tersebut disebabkan karena masing masing aktor
mempunyai kepentingan yang berbeda, serta kekuatan yang berbeda pula dalam mempengaruhi
warga masyarakat lain.
Oleh sebab itu setiap aktor mempunyai kontribusi yang
berbeda dalam mempengaruhi proses pembangunan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa besar kecilnya kekuatan yang dimiliki akan menentukan apakah aktor
tersebut berada pada posisi dominasi atau subordinasi. Posisi aktor juga dapat menunjukkan
seberapa besar dan bagaimana sifat kepentingan yang dimiliki aktor tersebut.
Dilihat dari proses pembangunan, sifat kepentingan memberikan gambaran apakah
kepentingan aktor tersebut berpotensi mendukung pembangunan, atau sebaliknya.
Sebagai ilustrasi dapat terjadi
adanya aktor yang sebetulnya mempunyai kepentingan dan kemauan yang cukup besar
untuk berkontribusi dalam peningkatann kehidupan bersama, akan tetapi dalam
aktualisasinya kontribusinya tidak optimal karena tidak didukung oleh kekuatan
yang memadai. Sebaliknya, dimungkinkan dalam masyarakat terdapat aktor yang mempunyai
kekuatan besar baik dalam proses pengambilan keputusan bersama maupun
kemampuan mempengaruhi warga
masyarakat lain, akan tetapi aktor tersebut mempunyai kepentingan yang
rendah dalam berkontribusi terhadap
proses pembangunan di lingkungan masyarakatnya, bahkan tidak
jarang berpotensi menjadi resisten. Pemetaan aktor dilihat dari kekuatan dan
kepentingannya tersebut sangat penting dalam merumuskan suatu program karena
salah satu kunci keberhasilan program adalah bagaimana berbagai variasi
kekuatan dan kepentingan tersebut dikelola, sehingga dapat lebih berpotensi
mendorong keberhasilan program dan sebaliknya meminimalisasi resistensi.
Gambar. Kuadran Analisis Jaringan
Tinggi
|
||||
Kekuatan
|
||||
Rendah
|
Kepentingan
|
Tinggi
|
||
Pemetaan variasi kekuatan dan
kepentingan aktor tersebut dapat dituangkan dalam skema. Apabila untuk kekuatan
dan kepentingan masing masing dibedakan menjadi tinggi dan rendah, maka skema
tersebut akan mengandung empat variasi. Variasi pertama ditempati oleh aktor-aktor dengan
kekuatan tinggi dan kepentingan rendah, variasi kedua ditempati oleh
aktor-aktor dengan kekuatan tinggi dan kepentingan tinggi, variasi ketiga ditempati oleh aktor-aktor dengan kekuatan rendah dan kepentingan rendah, variasi
keempat ditempati oleh aktor- aktor dengan kekuatan rendah dan kepentingan tinggi.
4.Identifikasi forum-forum yang digunakan masyarakat untuk membahas kepentingan publik.
4.Identifikasi forum-forum yang digunakan masyarakat untuk membahas kepentingan publik.
Informasi mengenai forum-forum yang
digunakan masyarakat untuk membahas kepentingan publik sangat berguna bagi
perusahaan untuk mensosialisasikan berbagai program
community development. Melalui forum-forum tersebut, perusahaan tidak perlu mengadakan forum sendiri untuk sosialisasi
program ke masyarakat.
Nama forum
|
Keanggotaan
|
Jadwal/frekuensi
|
Contak
|
5. Identifikasi Masalah Sosial
Secara umum masalah sosial dapat
didefinisikan sebagai kondisi yang tidak
diharapkan atau tidak
sesuai dengan ekspektasi masyarakat, dengan demikian kondisi
tersebut mendorong upaya untuk melakukan perubahan dan
perbaikan. Kondisi yang tidak diharapkan tersebut dapat disebabkan karena
mengandung unsur merugikan kehidupan bersama baik fisik maupun sosial, atau
merupakan pelanggaran terhadap nilai, norma atau standar sosial yang
ada. Sudah tentu
agar dapat memberikan inspirasi atau
dorongan bagi upaya perubahan dan perbaikan, kondisi
masalah sosial tersebut harus teridentifikasi. Walaupun masalahnya sudah eksis sejak lama namun apabila tidak atau belum
teridentifikasi akan menjadi masalah yang bersifat laten.
Dalam melakukan identifikasi masalah
sosial dapat dibedakan menjadi dua pendekatan. Pertama melihat masalah sosial pada satuan individu atau person. Kedua melihat masalah sosial yang terjadi pada level
sistem dan struktur masyarakatnya.
Dalam pendekatan pertama fokus yang diamati adalah kondisi atau perilaku dari
orang perorang sebagai warga masyarakat. Masalah sosial yang merupakan hasil
identifikasi dengan pendekatan individual ini misalnya dalam masyarakat
tertentu dapat diidentifikasi siapa saja warganya yang termasuk warga miskin,
pelaku kriminal, pemabuk. Sementara itu, dalam identifikasi dengan pendekatan
kedua, fokus perhatian tidak ditujukan kepada warga masyarakat sebagai
individu, akan tetapi kepada sistem
atau struktur sosialnya. Dengan pendekatan
ini dapat didentifikasi adanya masalah konflik sosial baik laten maupu manifes,
adanya disfungsi kelembagaan
dalam sistem sosial,
adanya dominasi dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek, misalnya dalam
proses pengambilan keputusan
6. Identifikasi Potensi
6. Identifikasi Potensi
Setiap masyarakat menyimpan potensi
yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk peningkatan kondisi kehidupan. Oleh
sebab itu setiap upaya untuk pemecahan masalah dalam rangka meningkatkan
kondisi kehidupan perlu mempertimbangkan potensi yang tersedia. Untuk
maksud tersebut identifikasi potensi menjadi langkah yang cukup penting dalam social mapping. Identifikasi potensi perlu
dilakukan secara komprehensif meliputi berbagai aspeknya terutama potensi alam, potensi
sumberdaya manusia, potensi finansial, potensi fisik/infrastruktur, potensi
modal sosial. Potensi alam misalnya, lahan pertanian, sumber
air, keindahan alam. Potensi
yang berasal dari sumberdaya manusia, menyangkut baik aspek kuantitatif
terutama tersedianya penduduk dalam usia produktif, maupun kualitatif yang meliputi
tingkat pendidikan, penguasaan keterampilan, motivasi dan etos kerja serta orientasi
pekerjaannya. Potensi finansial meliputi baik potensi keuangan yang ada pada
tingkat keluarga misalnya tabungan, maupun tersedianya lembaga keuangan dalam
masyarakat baik tingkat
lokal misalnya kelompok
simpan pinjam, koperasi
maupun akses terhadap lembaga perbankan. Potensi fisik terutama berupa tersedianya infrastruktur yang mendukung kegiatan sosial ekonomi misalnya
saluran irigasi, pasar, prasarana dan sarana transportasi,
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan. Potensi modal sosial berupa nilai
dan institusi dalam masyarakat yang
dapat mendorong kerjasama dan tindakan bersama untuk meningkatkan kondisi
kehidupan bersama. Sebagai contoh, potensi modal sosial terdapat dalam nilai
solidaritas sosial dan kesadaran kolektif yang dapat termanifestasikan dalam semangat
gotong-royong.
7. Analisis Pengembangan Potensi
Kerangka penghidupan berkelanjutan
memberikan panduan untuk
mengidentifikasi potensi sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
sumberdaya sosial (modal sosial), sarana penunjang keuangan (financial capital) dan kondisi infrastruktur publik. Setelah menemukan berbagai
sumber penghidupan berkelanjutan tersebut, perusahaan merumuskan peluang
pengembangan untuk penghidupan yang lebih baik. Misalnya identifikasi modal
keuangan menemukan adanya kelompok simpan-pinjam PKK. Kelompok ini dapat
menjadi sasaran program CD dalam rangka peningkatan status dari kelompok menjadi
koperasi simpan-pinjam. Harapanya dapat meningkatkan kualitas sistem
tata kelola keuangan dan memperluas jangkauan
pelayanan
Jenis Potensi
|
Kondisi saat ini
|
Peluang pengembangan
|
Sumberdaya manusia
|
||
Sumberdaya alam
|
||
Sumberdaya sosial
|
||
Sumberdaya keuangan
|
||
Infrastruktur publik
|
8. Identifikasi Kelompok Rentan
Sebagaimana sudah disampaikan sebelumnya, program yang
dirumuskan dan kemudian dilaksanakan harus dapat menjawab
kebutuhanpemecahanmasalah. Masalahmemangdimungkinkan terdapat pada setiap
segmen dan lapisan masyarakat. Walaupun demikian,
dilihat dari urgensinya, pemecahan masalah semestinya lebih didahulukan bagi
lapisan masyarakat yang paling mendesak membutuhkan perbaikan kondisi kehidupan.
Lapisan masyarakat ini sering disebut dengan kelompok
rentan. Oleh sebab itu kelompok rentan perlu memperoleh prioritas untuk mendapat
penanganan melalui program
yang dirumuskan. Untuk maksud
tersebut kegiatan social mapping juga perlu melakukan identifikasi keberadaan kelompok rentan ini.
Sebetulnya pengertian kelompok
rentan dapat memiliki
cakupan yang luas, meliputi kelompok masyarakat yang berpotensi akan
menghadapi masalah karena ketidakmampuan dalam merespon kondisi, perubahan dan
perlakuan tertentu. Oleh sebab itu agar mudah diidentifikasi, kerentanan perlu
dikaitkan dengan kondisi yang
dihadapi, misalnya rentan dalam menghadapi bencana alam, pelanggaran HAM,
perubahan kondisi sosial ekonomi. Pada umumnya
dikatakan bahwa lansia, anak-anak, wanita hamil termasuk kelompok rentan dalam
menghadapi bencana alam, buruh migran terutama yang perempuan rentan terhadap
pelanggaran HAM, warga miskin rentan terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi
terutama yang bersifat mendadak. Supaya tidak terlalu luas cakupannya dan dapat
lebih fokus, disarankan identifikasi lebih diprioritaskan pada kelompok yang
rentan dalam menghadapi perubahan dan tekanan yang berasal dari kondisi sosial
ekonomi. Pada umumnya suatu kelompok
masyarakat dikatakan rentan dalam posisi ini disebabkan karena ketiadaan atau
minimnya aset dan akses. Sebagai contoh, warga masyarakat miskin termasuk
kelompok rentan dalam kriteria ini,
karena mereka akan mendapat masalah apabila menghadapi kondisi dan perubahan
yang bersifat mendadak, misalnya salah satu anggota keluarganya menderita sakit
dan harus dirawat di rumah sakit. Hal itu disebabkan karena mereka tidak punya
aset yang dapat digunakan untuk membiayai perawatan di rumah sakit. Kondisinya
dapat terbantu apabila mereka mempunyai akses terhadap salah satu bentuk
pelayanan sosial, misalnya asuransi kesehatan untuk
orang miskin. Dengan
demikian warga masyarakat dikatakan semakin rentan secara sosial
ekonomi apabila tidak memiliki keduanya baik aset maupun akses. Oleh karena
kelompok rentan ini termasuk yang akan memperoleh prioritas program, maka perlu
identifikasi yang jelas, terutama nama dan alamatnya. Walaupun demikian, dalam penentuan kelompok sasaran program
tidak harus berarti semuanya berasal
dari kelompok rentan. Yang penting
apabila program harus dilaksanakan secara berkelompok, maka dalam kelompok yang
terbentuk harus mengandung unsur kelompok rentan.
9. Kebutuhan Program
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan masyarakat membutuhkan upaya untuk merubah atau memperbaikinya. Dengan demikian, program yang dirumuskan dan kemudian dilaksanakan pada dasarnya merupakan upaya menjawab kebutuhan pemecahan masalah ini. Oleh sebab itu program yang direkomendasikan sebagai hasil dari social mapping pada dasarnya merupakan hasil analisis untuk menjawabkebutuhanpemecahanmasalahdenganmemanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Urgensi dan prioritas program yang direkomendasikan ditentukan oleh apakah program tersebut berdampak pada pemecahan masalah yang ada, apakah program tersebut melibatkan kelompok masyarakat yang paling membutuhkan peningkatan kondisi kehidupan, apakah program tersebut didukung oleh potensi yang ada dan apakah program tersebut mempunyai efek berantai yang cukup luas baik bidang kegiatannya maupun kelompok sasarannya.
9. Kebutuhan Program
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang tidak diharapkan sehingga menyebabkan masyarakat membutuhkan upaya untuk merubah atau memperbaikinya. Dengan demikian, program yang dirumuskan dan kemudian dilaksanakan pada dasarnya merupakan upaya menjawab kebutuhan pemecahan masalah ini. Oleh sebab itu program yang direkomendasikan sebagai hasil dari social mapping pada dasarnya merupakan hasil analisis untuk menjawabkebutuhanpemecahanmasalahdenganmemanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Urgensi dan prioritas program yang direkomendasikan ditentukan oleh apakah program tersebut berdampak pada pemecahan masalah yang ada, apakah program tersebut melibatkan kelompok masyarakat yang paling membutuhkan peningkatan kondisi kehidupan, apakah program tersebut didukung oleh potensi yang ada dan apakah program tersebut mempunyai efek berantai yang cukup luas baik bidang kegiatannya maupun kelompok sasarannya.
Panduan untuk menyusun pemetaan sosial (social mapping) dapat diunduh Social mapping
Tidak ada komentar:
Posting Komentar